Padang (26/10), politik adalah dunia yang berbeda dari dunia filantropi dan kemanusiaan. Kalimat itu menjadi pembuka diskusi tim Babarito dengan H. Faridansyah. Pegiat sosial entrepreneur ini ikut dalam kontestasi pemilihan Anggota Legislatif untuk DPRD Sumatera Barat dari Dapil 1, Kota Padang.
Farid, mengungkapkan, awalnya dia kurang tertarik dengan dunia Politik, karena di politik sikut menyikut sering terjadi, kawan lawan tak ada bedanya. Menurutnya itu berat dan tidak sejalan dengan dunia yang biasa dia geluti, dunia sosial kemanusiaan.
Mantan Kepala Cabang beberapa lembaga Kemanusian di Sumatera Barat ini pun mengakui, baru menyadari pentingnya kiprah orang-orang yang mengerti kebutuhan Rakyat lewat kinerja Mahyeldi, Walikota Padang.
"Saya kenal Buya (Mahyeldi,red) dari dulu. Dulu saya dekat sekali dengan pimpinan Ma'had Al Madany, Almarhum Ustadz Shafwan, yang pada periode selanjutnya digantikan Buya untuk memimpin Ma'had," ujarnya.
Kedekatan pun berlanjut karena aktivitas dan tempat tinggal Mahyeldi tidak jauh dari rumah Farid. Mereka bersahabat lama, bahkan Farid menganggap Mahyeldi juga sebagai guru dalam kehidupan.
"Gigihnya Buya Mahyeldi dalam menjalani kehidupan, menjadi inspirasi bagi saya. Dia tak pernah keluhkan kesulitan, malah menganggap itu sebagai tantangan untuk meningkatkan kapasitas," papar Perwakilan WAMY Sumbar yang telah banyak membangun Masjid bantuan di Sumatera Barat ini.
Melihat kiprah Mahyeldi di panggung politik membuat Farid berfikir untuk untuk tidak terlibat di politik. Dia melihat, banyak sekali perubahan dan perbaikan bila orang baik dan peduli yang membuat kebijakan.
"Sederhana saja ya, dulu kami merintis bedah rumah bagi warga miskin. Tapi ya angkanya tak signifikan lah, karena memang dana kita kumpulkan dari donatur. Tapi ketika Mahyeldi memimpin, kita beri masukan, puluhan bahkan sudah seratusan lebih rumah warga miskin yang dibangun. Belum lagi nahi mungkarnya, luar biasa," jelas Farid.
Karena melihat ada perbaikan signifikan bila lewat jalur politik dan pemerintahan. Farid pun terdorong untuk mengikuti pemilihan anggota dewan di 2019.
"Saya pilih PKS sebagai kendaraan politik saya. Ini karena Mahyeldi di PKS, Buya insyaAllah akan memimpin Kota Padang, dapil saya ini, hingga 2024. Belum lagi dorongan keluarga dan masyarakat untuk ke PKS juga, karena Partai ini yang paling dekat dengan Ummat dan terbukti melayani warga Kota Padang," tutup Farid, Alumni Pelatihan Lemhannas angkatan X ini.
No comments
Post a Comment